Wednesday, October 3, 2012

AGAMA LOKAL BALI TRUNYAN


Pendahluan
Dalam sejarah perkembangannya agama-agama besar sering dijumpai suatu kondisi dimana agama besar yang sudah keluar dari tempat asalnya dan bersinggungan dengan agama atau kebudayaan, tradisi disuatu tempat, akan melahirkan suatu pemahaman atau bahkan varian baru agama tersebut.
Ada beberapa pola hasil persinggungan antara agama besar dengan agama local setempat. Terkadang agama besar dapat masuk dan dapat menggantikan kepercayaan setempat atau bahkan bisa saja tertolak karena kuatnya resistensi dari kepercayaan setempat. Namun hasil persinggungan antara agama besar dengan agama lokal yang banyak dijumapai di Indonesia adalah adanya akulturasi bahkan sampai sinkretisasi. Hal ini tentu saja karena kuatnya resistensi dari masyarakat dalam memegang adat istiadatnya. Di Bali hal ini dapat kita temukan dengan melihat agama hindu bali di Trunyam.
Trunyam adalah nama sebuah daerah disekita danau Batur, Bali. Dari beberapa artefak yang ditemukan daerah ini diketahui sangat tua dan mewarisi budaya-budaya megalitikum. Hal ini misalnya dapat diketahui dengan adanya patung dewa Trunyam, Ratu Sakti Pancering Jagat[1] Dan lain sebagainya.
Kepercayaan asli Trunyam adalah Ancestor Worship[2], Animisme, Animatisme dan Dinamisme. Namun setelah hindu datang kepulau Bali dari Jawa sekitar abad ke-X dan menguasai wilayah ini. Setelah kepercayaan Trunyan ter-Hindu-kan maka kepercayaan Trunyam kemudian disebut kepercayaan Hindu Bali Trunyam dan diakui sebagai bagian dari Hindu Dharma di Indonesia.
Walaupun telah terhindukan, bukan lantas keprcayaan aslinya hilang. Pada kenyatannya, agama Hindu hanya menjadi pola dasar pengembangan agama Trunyam selanjutnya. Ini terlihat dari pemakaian liturgi Hindu Bali yang digunakan bukan untuk memuja dewa-dewa yang berasal dari India, tapi untuk memuja Ratu Sakti Pancering Jagat, permaisurinya dan leluhur orang-orang Trunyam.[3]
Kini berkat ajaran oarng-orang Hindu Dharma, orang Trunyam telah mengenal Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa, yang biasa disebut Sang Hyang Emaban. Tuhan yag ada dimana-mana, dan Ratu Pancering Jagat, dewa tertinggi sebagai penjelmaan dari Sang Hyang Widhi. Konsekuensinya, Trimurti adalah putra-putra dewa tetinggi yang maha pengasih. Penjaga ketertiban alam dan kesusilaan.

Sistem kepercayaaan orang Trunyam
Kepercayaan yang menghubungkan dengan sistem kepercayaan orang Trunyan adalah kepercayaan mengenai: 1) dunia gaib, 2) dewa-dewa, 3) makhluk-makhluk halus, 4)roh peribadi dan roh leluhur, 5) kekuatan sakti, 6) kepercayaan mengenai penyakit dan kematia, 7)kepercayaan mengenai hidup dan hidup setelah mati, 8) kesusteraan suci.

Ø  Dunia Gaib
Orang sadar trunyan sdadar bahwa dirinya terdiri dari dua aspek, yaitu dunia yang nyata dan dunia yang tidak tampak. Yang terakhir ini adalah yang berhubungan dengan sistem kepercayaanya. Dunia berada diluar jangkauan panca indera dan diluar batas akalnya. Didalam aspek dunia kedua inilah terdapat berbagai mahkluk halus dan kekuatan sakti, yang taidak dapat dikuasai manusia secara biasa. Dan karena kebanyakan orang Trunyam tergolong tidak mempunyai ilmu gaib untuk menghadaoi mahkluk-mahkluk halus tersebut, maka jalan yang ditempuh untuk menghadaoi mahkluk-mahkluk halus tersebutadalah dengan mengambil hati mereka serta menyembahnya, maksud penyembahan yang mereka lakukan adalah agar mahkluk-mahkluk gaib tersbut menjadi senang dan melindungi mereka serta membantu kehidupan orang Trunyan.



Ø  Dewa-Dewa
Jumlah dewa-dewa orang Trunyan sangat banyak dan ada susunannya. Kebanyakan dari mereka itu mempunyai tempat persemayaman (pelinggih) tersendiri di dalam kuil utama Trunyan, Bali desa pancering Jagat Bali.
Dewa-dewa di Trunyan dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan beberapa macam kriteria, diantarnya sebagai berikut:

A.    Berdasarkan hubungannya dengan raja dewanya (Ratu Sakti Pancering Jagat)
Dalam kriteria ini terbagi menjadi dua golongan, yaitu:
1.      Dalam hubungan kekerabatan.
Dewa-dewa yang tergolong kerabat dewa tertinggi Trunyan adalah Ratu Ayu Pinyit Dalam Dasar, yang merupakan permaisurinya, Ratu Ayu Mekulem, merupakan istrinya yang lain, dan Ratu Gede Dalam Dasar, yang merupakan putra tertuanya dari hasil perkawinannya dengan permaisurunya.
2.      Dalam hubungan pemerintahan.
Dewa-dewa yang tergolong dalam pemerintahan kerajan Ratu Sakti Pancering Jagat antara lain: Ratu Sakti Gunung Agung, yang mengurus mencarikan dana bagi perayaannya; Ratu Sakti Meduwe Gama Ujung Sari, yangmegurus pembuatan awig-awig (undang-undang); Ratu Sakti Pujangga Lueh, yang bertugas sebagai pendeta kerajaan, yangmengurus hal keagamaan dan pembuatan tirtha (air suci); Ratu Sakti Meduwe Raja, yang bertugas sebagai sekretarisnya; Ratu Ayu Manik Surat Mepura Kangin dan Ratu Ayu Manik Sutra Mepura Kaoh, dua orang dewa kembar yang bertuga mengawasi tingkah para pesuruh desa yaitu para buta kala; Betara Kaler, yang bertugas sebagai panglimanya; Ratu Wayan Purus Mandi,yang bertugas sebagai jaksa kerajaan; dan Ratu Wayan Besang Bedel, yang bertugas sebagai hakim kerajaannya.

B.     Berdasarkan perbedaan loksi pelinggihnya.
Berdasarkan lokasi pelinggihnya, dewa-dewa di Trunyan dapat pula dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1.      Berada di desa induk Trunyan (Belongan Trunyan)
Dewa-dewa dari golongan pertama ini adalah mereka yang merupakan kerabat dan para menteri dewa tertinggi Trunyan. Dewa-dewa ini bersemayam di dalam kuil utama Trunyam, Bali desa Pancering Jagat Bali.
2.      Berada di tempek-tempek
Para dewa dari golongan kedua ini adalah mereka yang hanya dipuja penduduk desa tertentu dan warga dadia tertentu. Contohnya yang  pelinggih-pelinggihnya berada di pura bunut yang terletak di tempek. Para dewa tersebut tidak dipuja oleh seluruh penduduk Trunyan, melainkan asli tempek tersebut.
C.    Berdasarkan jumlah pemujanya.
Dewa-dewa Trunyan dapat pula dibagi menjadi dua golongan berdasarkan jumlah pemujanya, yaitu desa atau Dadia  (klen kecil patrineal). Dewa-dewa golongan pertama adalah mereka yang merupakan kerabat serta pembantu (menteri) dewa tertinggi Trunyan dan bersemayam didalam kuil utama Trunyan. Dewa-dewa golingan kedua adalah mereka yangmerupakan leluhur masing-masing Dadia, dan bersemayam di sanggh dadia-dadia masing-masing.
Para dewa Trunyan sebagian besar bersifat pengasih dan selalu melindungi penduduk Trunyan, dan sebagian kecil bersifat suka menghukum. Ada satu dwa yang tidak mempunyai pelinggih khusus, yaitu Empu Rare atau Kumara. Tugas dewa tersebut adalah menjaga seorang anak bayi yang baru lahir, sampai usia 12 bulan. Dewa ini hanya dipuja jika sebuah rumah tanggal kelahiran seorang anak bayi.
Dewa-dewa di Trunyan juga mempunyai lambang suci yang disimpan di dalam pelinggih-pelinggih masing-masing. Lambang tersebut dapat dibagi dua, yaitu yang pertama disebut pertima, yang dibuat manusia, dan yang kedua yang disebut piturun, diyakini oleh orang Trunyan diturunkan langsung dari langit oleh dewa yang bersangkutan.

Ø  Mahkluk-Makhluk Halus
Selain para dewa, orang Trunyan juga yakin bahwa didunia alam gaib ada mahkluk halus seperti Buta Kala, Anak diPeteng, Jin, bintang-bintang gaib dan lain sebagainya.
1.      Buta kala adalah roh halus yang bukan berasal dari manusia. Kedudukannya masih lebih rendah dari para dewa. Karena mereka merupakan pesuru-pesuruh dewa. Buta kala berbeda dengan para dewa karena sifatnya yang bermusuhan dengan manusia, selalu mengganggu manusia. Mereka akan berhenti mengganggu manusia jika diberi sesajian khusus yaitu yang disebut caru. Tempat tinggal para buta kala ini disekita bali Desa Pancering Jagat Bali. Didalam Bali Desa mereka berada terutama dibawah pohon beringan yang terletak  di kompleks Kemulan Kangin dan pohon nangka tua di Tinggkih tengah. Buta kala sering menampakkan diri dalam bentuk raksasa atau seekor kuda.
2.      Mahkluk halus yang disebut anak di peteng ada tiga macam, yaitu: hantu, nyama pat[4] (empat saudara), jim dan roh anak kecil.
a.       Hantu adalah roh manusia Trunyan, yang oleh kerabatnya yang masih hidup, belum juga di-aben-kan walaupun ia sudah lama meninggalkan badan kasarnya. Roh-roh semacam ini menjadi jahat karena kesal tidak dapat melepaskan diri dari kehidupannya yang lama. Menurut kepercayaan orang Trunyan, roh-roh yang dapat menjadi hantu hanyalah roh-roh yang pada waktu meninggalnya telah menikah dan juga mati secara tidak wajar. Hal ini disebabkan karena mereka termasuk roh yang paling “kotor” (sebel), sehingga selama belum melalui upacara pembersihan serta pengabenan harus bertempat tingal di tempat paling kotor.
b.      Nyama Pat adalah roh-roh empat saudara seorang anak bayi Trunyan, sewaktu masih dalam rahin ibunya. Empat saudara tersebut adalah yeh nyem (air tuban), getih (darah), ari-ari(placenta), dan tali pusat.
c.       Jim mungkin berasal dari kata jin. Penampilan roh ini berupa seorang perempuan atau lelaki. Roh ini dibedakan dari hantu, karena bukan berasal dari orang Trunyan. Tempat kediaman jim ini di jalan Batu Gede.roh terakhir yang temasuk dalam kategori anak di peteng adalah roh-roh anak kecil, yang sering menampilkan diri di jalan megalitik batu gede, yaitu dibagian yang berada tepat di atas setra nguda (tempat pemakaman anak kecil dan teruna/debunga). Mereka ini tidak bersifat jahat, hanya suka meminta makan, maka orang yang lewat dijalan tersebut harus memberi sajian.
3.      Didalam kepercayaan orang-orang Trunyan ada pula bintang-binatang gaib yang disebut Druwe, dan dianggap sebagai piaraan dewa. Bintang-binatang gaib yang termasuk dalam kategori ini adalah naga bersisik dan berjengger emas, ular, kelelawar dan harimau. Naga ini tunggangan Ratu Ayu Pingit Dalam Dasar dan putranya yang bernama Ratu Gede Dalam Dasar. Upacara mekelem, yaitu memberi sajian dengan menenggelemkannya kedalam danau untuk para piaraan dewa tersebut. Naga ini ada kalanya bermain di dalam penaleman (bagian kuil utama Trunyan yang tersuci).

Ø  Roh Pribadi Dan Roh Leluhur
Orang Trunyan juga membedakan badan kasar degnan badan halus, jika badan kasar dapat lenyap setelah orang yang memilikinya meninggal, maka badan halusnya atau rohnya tidak.
Roh manusia adalah abadi, dan roh tersebut akan terus kembali menitis ketubuk kasar orang se-dadia-nya. Penitisan terus-menerus suatu roh didalam suatu dadia dari generasi kegenrasi yang lain, menyebabkan orang Trunyan tidak berani menyakiti anak dan keturunannya. Dan setiap orang Trunyan harus menghormati tubuh halusnya, karena jiwa yang bersemayam di dalam tubuh pribadinya adalah roh dari salah seorang leluhur mereka. Roh-roh leluhur yang menitis kembali pada orang Trunyan ada kalanya berasal dari mereka yang sudah mempunyai kedudukan sebagai dewa. Roh-roh leluhur yang telah mencapai tinggakat kedewan in jika menitis selalu kedalam tubuh anak-anak kembar dua. Anak kembar dua yang berkelamin sama disebut kembar patuh, Anak kembar dua yang berbeda jenis kelami disebut kembar buncing, dan kembar tiga atau lebih disebut kembar telu. Dengan kelahiran anak kembar ini bukan saja keluarga yang melahirkan berada dalam keadaan sebel, yaitu muharram, tetapi seluruh desa Trunyan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam masalah kelahiran anak kembar di Trunyan adalah mengenai dualisme, yaitu disatu pihak ia dianggap sial, tetapi dipihak lain ia diangga sebagai keberuntungan.
Anak-anak kembar jika dapat hidup, selama hidupnya dianggap suci sehingga mendapat gelar kesucian yaitu: Jero Patuh untuk Kembar Patuh, Jero Salit untuk Kembar Buncing, dan Jero Telu untuk kembar tiga.

Ø  Kekuatan Sakti
Orang Trunyan seperti hanya bangsa-bangsa di sunia ini juga mempercayai adanya kekuatan-kekuatan gaib dalam gejala-gejala yang luar biasa. Gejala-gejala dan hal-hal yan gluar biasa tersebut dapat berupa gejala-gejala alam, tokoh-tokoh manusia, bagian-bagian tubuh manusia, bintang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda dan lain sebagainya.
Gejala-gejala yang orang Trunyan anggap mempunyai tenaga gaib adalah angin, yang bertiup dari arah barat laut, yaitu dari arah desa Songan. Angi tersebut disebut angin Gering, yang berarti angin penyakit.
Tokoh-tokoh manusia yang dianggap mempunyai kekuatan tenaga gaib adalah para balian di Trunyan, karena mereka mempunyai tenaga untuk menguasai tenaga alam seperti hujan, untuk mencelakai orang dengan cara gaib, atau menyembuhkan orang sakit. Guru Parbawi misalnya, seorang balian terkemuka yang dapat mendatangkan dan mengusir hujan.

Ø  Kepercayaan Mengenai Penyakit Dan Kematian
Penyakit bagi orang Trunyam sangat erat kaitannya dengan alam gaib, menurut mereka penyebab utama dari suatu penyakit adalah anak di peteng (roh jahat). Manusia yang terbentur anak di peteng maka akan sakit. Sakit juga disebabkan roh pribadi si sakit marah, biasanya ini disebbkan hari lahirnya tidak diupacarakan (otonan). Selain dua sebab diatas peran balian pengiwa yang dapat mengerahkan roh-roh jahat juga diyakini dapat menjadi sebab dari suatu penyakit.
Seseorang yang meninggal dalam kepercayaan Trunyan akan dimakamkan sesuai dengan kondisi kematiannya. Ada dua macam jenis pemakaman di Trunyan. Yaitu exposure[5] dan inhumation. Oleh karena itu di desa Trunyan disediakan tiga tempat pemakaman: (1) Sema Wayah, dipergunakan untuk pemakaman mepasah (exposure). (2) Sema Bantas, dipergunakan bagi pemakaman dengan penguburan. (3) Sema Nguda, dipergunakan bagi kedua jenis penguburan.
Eskatologi orang Trunyan menyakini adanya surga. Orang-orang yang meninggal dalam keadaan belum kawin atau anak-anak akan langsung masuk surga. Sedangkan yang lainnya setelah meninggal akan gentayangan menunggu jenazahnya diabenkan. Setelah itu baru bisa menitis kembali. Jika tidak diabenkan ia mengganggu kerabatnya. Uniknya orang Trunyan lebih memilih menitis kembali dari pada masuk kedalam surga.[6]

Ø  Kesusasteraan Suci
Seperti juga bangsa-bangsa di dunia, orang Trunyan juga mempunyai kesusasteraan suci atau mite (myth). Mite tersbut adalah: mite tentang dewi yang turun dari langit, dan legenda tentang anak-anak dalem solo yang mengembara mencari sumber bau-bauan harum.
Funsi mite ini untuk menerangkan asal usul penduduk Trunyan serta para dewa-dewanya. Mite ini dianggap suci dan setahun sekali di dramakan semacam drama pantomine pada Odalan Ratu Sakti Pacering Jagat pada Purnama Ing Kapat. Dan drama ini dianggap bertuah, jika dapat dipertunjukkan akan mendatangkan kesuburan pada tanah-tanah penduduk, tanaman serta binatang pelliharannya.

Upacara Keagaman Di Trunyan
Upacara keagamaan di Trunyan dapat dibagi menjadi lima jenis:
ü  Dewa Yadnya. Biasa disebut dengan Odalan, yang bertujuan untuk mengambil hati dewa yang diupacarakan. hampir stiap bulan  ada upacara ini. Salah satunya adalah upacara Saba Gede yang dilakukan pada saat Tilem Kesanga dan Odalan Ratu Pingit Dalem pada saat purnama Sadha.
ü  Pitra Yadnya. Upacara yang dilakukan untuk para leluhur dan para kerabat, juga apabila ada kematian.
ü  Resi Yadnya, upacara yang dilakukan untuk pentahbisan pendeta
ü  Buta Yadnya, upacara yang dilakukan untuk para buta kala, biasa juga disebut dengan Mecaru
ü  Manusia Yadnya, upacara yang dilakukan untuk manusia yang masih hidup. Misalnya upacara ulang tahun otonan yang berlangsung enam bulan sekali.
Dalam kebudayaan orang Trunyan, jika seseoran tidak dalam keadaan sebel maka bisa dikatakan bahwa upacara-upacara yang rutin akan dilakukan setiap lima belas hari sekali. Dari  kelima jenis upacara diatas hanya upacara Odalan, Mecaru dan Otonan yang dapat dikatakan sebagai upacara rutin.
Hindu Trunyan tidak memiliki hari raya yang sama dengan Hindu di Bali pada umumnya. Hari-hari raya seperti galangan, kunigan, ciwartri, saraswatri, dan pagerwesi, tidak dirayakan. Bahkan nyepi pun tidak. Jika diantara mereka melakukan amati geni pada saat nyepi bukan karena mereka merayakan tatapi karena takut tidak disebut sebagai orang Hindu oleh orang Hindu Bali fanatik. Hari dimana upacara seba gede dilakukan bisa dikatakan sebagai hari raya yagn terbesar bagi orang Trunyan, selain itu hair pelaksanaannya bertepatan dengan hari raya nyepi.

Penutup
Walaupun banyak yang bilang Bali Trunyan adalah Hindu namun pada kenyatannya banyak dari ajaran maupun keprcyaan mereka yang berbeda dari orang Hindu yang ada di Bali pada umumnya.
Demikianlah makalah ini kami buat, kami mohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dalam penyajian makalah ini. Dan kami mohon kritik dan saran yang membangun terhadap makalah ini untuk memperbaiki pada pembuatan
makalah kami yang selanjutnya.


[1] Dakam mitologi orang Trunyam patung ini dianggap diturunkan dari langit oleh para dewa, memiliki ketinggian kurang lebih empat meter.
[2] Ancestor Worship adalah kepercayaan yang berdasarkan pemujaan leluhur. Animisme adalah kepercayaan tentang adanya roh-roh lain dilingkungan sekitar, sehingga perlu untuk dipuja. Animatisme adalah kepercayaan bahwa benda-benda dan tumbuhan juga memiliki perasaan seperti manusia. Dinamisme adalah kepercayaan adanya kekuatan sakti pada setiap hal atau benda yang luar biasa.
[3] Kedaan ini pada umumnya belaku pada agama hindu di seluruh Indonesia, namun di Trunyam hal ini lebih menonjol. Agama Hindu yang dating dari India hanya menjadi jubah baru bagi jiwa asli kebudayaaan Indonesia.
[4] Kepercayaan orang bali pada umumnya menyebutkan dengan kanda mpat, perbedaannya jika nyama pat dinggap sebagai saudara muda, maka kanda mpat dinggap sebagai saudara tua. Lihat C. Hooykas, Pura Bekasih.
[5] Meletakkan jenazah diatas tanah dibawah udara terbuka. Orang Trunyan biasa menyebutnya dengan mepasah
[6] Hal ini berebda dengan ajaran pendeta Syiwa yang bertujuan agar ummatnya tidak menitis kembali setelkah meninggal.



 DAFTAR PUSTAKA

  1. Hooykas, Pura Bekasih; culture and religion in bali
  2. Indonesian heritage vol. VI, groiler international, jakarta, 2002
  3. James Dananjaja, Kebudayaan Petani Desa Trunyan Di Bali, UI Press, Jakarta, 1980

No comments:

Post a Comment